Daftar Blog Saya

Senin, 09 Agustus 2010

Penjelasan Hadits Arbain Kedua: Penjelasan tentang Islam, Iman, dan Ihsan (3)

Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

(Lanjutan Faedah dari Bagian Kedua)

13. Keislaman seorang hamba tidak sempurna hingga menunaikan zakat. Zakat adalah harta yang diwajibkan berupa harta-harta yang dikenai zakat, mengeluarkan dan memberikannya kepada orang yang berhak menerimanya. Allah telah menjelaskan ini ke dalam surat At Taubah dalam firman Allah subhanahu wata’ala,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاء وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”(At Taubah: 60).

14. Adapun puasa ramadhan, ialah beribadah kepada Allah dengan menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan, dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Ramadhan adalah bulan antara bulan Sya’ban dan bulan Syawal. Adapun berhaji ke Baitullah, ialah menuju Mekkah untuk melaksanakan manasik haji, dan disyaratkan adanya kemampuan, karena secara umum di dalam pelaksanaannya ditemui berbagai hal yang memberatkan dan menyulitkan. Tidak hanya pada ibadah haji semata, ternyata seluruh kewajiban disyari’atkan adanya faktor kemampuan. Berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala,

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Bertaqwalah kepada Allah menurut kemampuan.” (At Taghaabun: 16)

15. Dan di antara faedah yang telah dibakukan oleh para ulama adalah, “Tidak ada kewajiban bersama ketidakmampuan, dan tidak ada keharaman bersama keadaan darurat.”

16. Utusan dari kalangan malaikat (Jibril) mensifati utusan dari kalangan manusia (Rasulullah) dengan sifat benar (jujur). Sungguh Jibril telah berlaku benar pada apa yang telah ia sifatkan kepada Rasulullah dengan sifat benar (jujur), karena memang Nabi adalah makhluk yang paling benar.

17. Kecerdasan para shahabat yang mana mereka merasa keheranan. Bagaimana mungkin seorang yang bertanya menilai benar orang yang ditanya. Pada umumnya, orang yang bertanya tidak mengetahui. Sedangkan orang yang tidak mengetahui, tidak mungkin menghukumi ucapan seseorang bahwa dia benar atau dusta. Akan tetapi keheranan itu hilang setelah Nabi mengatakan, “Dia adalah Jibril, ia datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian. ”

18. Keimanan mencakup enam perkara: Beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir yang baik dan yang buruk.

19. Pembedaan antara islam dan iman. Hal ini ketika kedua kata itu disebutkan secara bersama-sama. Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota badan (amalan zhahir), sedangkan iman dengan amalan-amalan hati (batin). Akan tetapi, ketika salah satu kata itu disebutkan begitu saja (tanpa diiringi dengan yang lainnya), maka masing-masing dari kata itu mencakup kata yang lainnya, mencakup Islam dan Iman. Adapun jika keduanya disebutkan secara bersamaan, maka masing-masing dari keduanya ditafsirkan dengan makna yang telah ditunjukkan oleh hadits ini. Firman Allah subhanahu wata’ala,

وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“Dan telah Aku ridhai Islam menjadi agamamu.” (Al Maa’idah: 3)

Dan firman-Nya,

دِينًا الإِسْلاَمِ غَيْرَ يَبْتَغِ وَمَن

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam.” (Ali Imran: 85)

Firman Allah subhanahu wata’ala,

الْمُؤْمِنِينَ مَعَ اللّهَ وَأَنَّ

“…Dan bahwasanya Allah bersama orang-orang yang beriman.” (Al Anfaal: 19)

Dan ayat-ayat serupa yang mencakup iman dan islam. Demikian pula dengan firman-Nya,

مُّؤْمِنَةٍ رَقَبَةٍ فَتَحْرِيرُ

“. . Serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin…”(An Nisaa’: 92)

(bersambung ke bagian empat)

(Dinukil untuk Blog Ulama Sunnah dari Syarah Arbain An Nawawiyah oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, penerjemah Abu Abdillah Salim, Penerbit Pustaka Ar Rayyan. Silakan dicopy dengan mencantumkan URL http: //ulamasunnah. wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar